Catatan Observasi Menjelajahi Pengobatan Tradisional Cina di Glodok

    Hari ini, tepatnya tanggal 1 April, saya berkesempatan untuk datang mengobservasi pengobatan tradisional cina di Glodok. Sebelumnya saya benar-benar buta, tidak ada pengetahuan sama sekali tentang pengobatan tradisional cina (salah saya tidak ikut pembekalan penelitian oleh dosen), lebih tepatnya, saya kecewa mendapat topik pengobatan tradisional ini. Apa menariknya pengobatan tradisional cina? Apa juga spesialnya? Apa yang harus diteliti? kamipun menjelajah tanpa arah.

    Kami memutuskan untuk berpencar agar terlihat lebih membaur dengan pelanggan lainnya, dan tidak terlihat mencolok. Saat itu saya memutuskan untuk pergi ke kios kecil di sekitar daerah petak sembilan dengan berpura-pura membeli klenteng untuk obat, namun tidak terlalu berhasil. Si penjual malah dengan antusias menanyakan handphone xiaomi saya. Info yang saya dapat hanya bahwa dia berada disana sejak tahun 2000, 1 kios dipakai untuk bersama dengan rekannya yang lain dan obat herbal yang dia jual kebanyakan berasal dari cina dan asia tenggara (seperti Thailand). Sebagai bentuk terima kasih saya akhirnya membeli sedikit klenteng, agak mahal, 1 plastik kecil 20 ribu rupiah. Saya tidak tawar karena saya tidak pandai menawar, dan membeli obat murah bukan tujuan saya. 

obat yang saya beli.

   Dengan kekhawatiran yang cukup mengganggu, akhirnya saya menghampiri senior pendamping saya. Saya katakan, saya bingung karena merasa observasi ini berjalan tanpa arah. Senior tersebut memberikan cukup banyak masukan dan solusi, sambil berjalan kami melewati 1 toko obat, yaitu Tay Seng Ho. Dari luar sudah tercium bau obat-obatan herbal yang khas. Saya lirik ke dalam, benar-benar menarik. Di samping kanan ada lemari produk obat-obatan Cina, di sebelah kiri ada beberapa orang yang sedang meramu ramuan, juga ada ruangan pembatas dan ada beberapa orang sedang duduk menunggu disana. Sebelumnya saya tidak berani untuk masuk ke dalam, takut tidak dihiraukan, dan pulang dengan tangan hampa. Selagi saya melirik-lirik, ada seorang ibu-ibu tua pemilik dagangan kecil di depan toko tersebut mengajak kami berbincang. Ia meyakinkan kami untuk masuk ke dalam .

       "Masuk aja dek, jangan nunggu sepi, disini mah gak pernah sepi. Ini toko obat yang terkenal disini. Bisa ngobatin apa aja. Obatnya buat sendiri. Pernah ada orang struk berat, bolak-balik masuk rumah sakit abis ratusan juta, badannya tinggal sebatang. Eh, pas berobat disini 3 minggu saja sudah sembuh, sekarang sudah sehat."

         "Ibu sendiri pernah berobat disini?", tanya kami kepada ibu tua yang sedang merokok tersebut.

         "Dulu ibu tulangnya suka sakit-sakit, terus berobat disini. Sekarang sih udah baek."

        

   Akhirnya saya dan teman saya memutuskan untuk masuk ke dalam dengan alasan "sudah kadung disini". Toko obat Tay Seng Ho ini benar-benar menarik, di bagian luar terdapat tempat peracikan obat herbal dan pembayaran obat. Menariknya, kasir yang menghitung pembayaran masih menggunakan sempoa untuk menghitung! Apoteker yang merinci takaranpun menggunakan timbangan tangan, bau obat herbalnya juga sangat khas. Ruangan dalam disekat dengan lemari,diatas lemari sekat tersebut terpampang untaian aksara Han "He Sheng Tai" (Tay Sheng Ho) yang merupakan nama toko ini. Di ruangan dalam terdapat tempat tunggu untuk berkonsultasi dengan tabib.

Sedang sibuk menggunakan bahan herbal untuk meracik obat

salah satu apoteker yang baik, mau mendengar pertanyaan antusias kami, sayangnya sedang sibuk

sekat pembatas ruangan

ruang tunggu konsultasi. cr: Dina Anjani

     Sepertinya memang hari itu adalah hari keberuntungan kami. Ketika kami sedang kebingungan dan semua pegawai toko tersebut terlalu sibuk untuk berbincang dengan kami, ada seorang pelanggan yang bertanya siapa kami dan darimana kami datang. Setelah kami mengenalkan diri kami, ia dengan senang hati berbincang dengan kami. Beliau bernama Heri (50) berasal dari Bekasi. Ia mengatakan bahwa ia mengetahui tempat ini dari kerabat yang pernah berobat disini, dan beberapa artikel di internet. Walaupun ia sudah ke dokter, ia tetap ingin mencoba pengobatan alternatif secara tradisional ini, dan ini adalah kali keduanya. Setelah mengobrol agak lama, ia mengajak kami untuk ikut masuk bersama agar bisa bertemu tabib. Sungguh, kami berterima kasih terhadap beliau.

Bapak Heri dengan Dina Anjani (rekan saya yang ikut Pak Heri bertemu tabib)

  Setelah masuk, tabib tersebut segera bertanya apakah Pak Heri membawa resep, sayangnya tidak. Akhirnya tabib tersebut memeriksa nadi beliau, tensi, lemak darah, lidah dan menanyakan umur, Tabib tersebub kemudian memberikan resep berbahasa mandarin. Teman saya yang masuk juga berkesempatan untuk berbincang dengan si tabib. Tabib, atau yang lebih sering disebut dengan tabib ini, bernama Liliana Lay, ia cukup terkenal di bidangnya. Beliau sudah 20 tahun menjadi sinshe dan bisa menerima sampai 30 pasien setiap harinya. 

   Pengobatan tradisional cina ini sungguh membuat saya tertarik, ditengah canggihnya teknologi pengobatan modern, masih ada orang-orang yang memilih untuk berobat melalui pengobatan tradisional cina ini dan tidak sedikit masyarakat non-Tionghoa yang juga berobat disini. Kami juga berbincang dengan beberapa pelanggan lainnya, kebanyakan dari mereka memilih untuk berobat atau membeli obat disini karena lebih alami sehingga merasa lebih aman untuk dikonsumsi dibandingkan dengan obat-obatan modern. Harganya juga jauh lebih murah, walaupun ada yang sampai ratusan bahkan jutaan, selama merasa puas dan manjur, mereka tidak kecewa. Dari kepuasan pelanggan, kisah ini pun tersebar dari mulut ke mulut, berkembanglah toko ini menjadi seperti sekarang, begitu ramai pengujung yang datang. 

Masih ada satu toko obat lain yang juga sudah berdiri lama di Glodok, yaitu toko obat Hauw Hauw. Teman saya, yang memang ingin sembari membeli obat untuk ibunya, berkesempatan untuk bisa berbincang dengan seorang pramuniaga disana. Toko Obat Hauw-Hauw berdiri sejak tahun 1994 sampai sekarang. Toko ini memiliki wadah khusus untuk meracik obat. Selain penataan ruangan dan obat yang sangat rapi, toko ini sangat menjunjung kepuasaan pelanggan! Di setiap dinding, terletak sebuah pigura yang didalamnya tertulis dengan bahasa mandarin tentang bagaimana mereka harus memperlakukan seorang pelanggan. Menariknya lagi, di beberapa toko obat lain biasanya tertempel beberapa huruf mandarin di sekitar ruangan. Hal tersebut ternyata bukan berarti tanpa makna. Mereka percaya aksara itu dapat menjaga kemanjuran obat mereka. 

untuk menghitung pembayaran masih menggunakan sempoa

teman-teman saya bersama pramuniaga

wadah untuk meracik obat

penataan obat yang rapi

toko obat Hauw Hauw

pigura ini bertuliskan bagaimana harus memperlakukan pelanggan

Pengalaman yang saya ambil dari observasi lapangan ini meningkatkan rasa ketertarikan saya terhadap hal-hal yang berhubungan dengan Tiongkok. Ditengah kecanggihan teknologi pengobatan modern, pengobatan tradisional cina masih dapat berkembang dan dipercaya oleh masyarakat. Pengobatan tradisional cina menggunakan bahan-bahan dari alam sebagai obatnya, mempercayakannya pada alam untuk menyembuhkan penyakit. Seperti yang saya pelajari di kelas Dasar-Dasar Pemikiran Cina sebelumnya, ada sebuah ujaran  "untuk menjaga keseimbangan hidup, harus menjaga keseimbangan dengan alam". Semoga tulisan ini bermanfaat bagi siapapun yang membacanya. Pengobatan tradisional cina yang terletak di Glodok, dapat menjadi pilihan ketika pengobatan modern dirasa tidak banyak membantu. 

*tulisan ini didukung oleh teman-teman kelompok peneliti dari Program Studi Cina UI, dan memang bertujuan untuk sekedar membagi pengalaman dan rasa kegirangan saya berkesempatan untuk mengetahui bahwa pengobatan tradisional cina tidak dapat dipandang sebelah mata, terdapat unsur-unsur kebudayaan yang masih melekat didalamnya.

Terima kasih toko obat Tay Seng Ho, Hauw Hauw, dan kios-kios kecil yang telah memberi kami kesempatan untuk mengenal pengobatan tradisional cina lebih dekat.